Oleh : H. Mas’oed Abidin
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al Hasyr : 18)
Adalah menjadi kewajiban setiap orang merancang dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa seorang akan merugi kalau hari esoknya sama saja dengan hari ini, bahkan dia menjadi terkutuk jika hari ini lebih buruk dari kemarin. Seseorang baru dikatan bahagia, jika hari esok itu lebih baik dari hari ini.
Membangun hari esok yang baik, sesuai dengan ayat (wahyu Allah SWT) di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan di akhiri dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berfikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah dengan taqwa.
Semestinya orang Mukmin punya langkah antisipatif terhadap kemungkinan yang dapat terjadi esok disebabkan kelalaian hari ini.
Seorang mukmin sudah dapat memprediksi dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik, dinamis, lebih mapan, lebih produktif dari pada hari ini.
Simpulannya, mesti ada peningkatan prestasi dari hari ke hari. Hari esok dapat berarti masa depan dalam kehidupan pendek di dunia ini.
Hari esok juga berarti pula hari esok yang hakiki, yang kekal abadi di akhirat kelak.
Hari esok mesti dirancang harus lebih baik dari hari ini, dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan melaksanakan lima “M ” ; yaitu Mu’ahadah, Mujahadah, Muraqabah, Muhasabah, dan Mu’aqabah.[1]
1. Mu’ahadah
Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian dengan Allah SWT. Sebelum manusia lahir ke dunia, masih berada pada alam gaib, yaitu di alam arwah, Allah telah membuat “kontrak” tauhid dengan ruh.
Kontrak tauhid ini terjadi ketika manusia masih dalam keadaan ruh belum berupa materi (badan jasmani). Karena itu, logis sekali jika manusia tidak pernah merasa membuat kontrak tauhid tersebut.
Mu’ahadah konkritnya diikrarkan oleh manusia mukmin kepada Allah setelah kelahirannya ke dunia, berupa ikrar janji kepada Allah. Wujudnya terefleksi minimal 17 kali dalam sehari dan semalam, bagi yang menunaikan shalat wajib, sebagaimana tertera di dalam surat Al Fatihah ayat 5 yang berbunyi: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Artinya, engkau semata wahai Allah yang kami sembah, dan engkau semata pula tempat kami menyandarkan permohonan dan permintaan pertolongan.
Ikrar janji ini mengandung ketinggian dan kemantapan aqidah. Mengakui tidak ada lain yang berhak disembah dan dimintai pertolongan, kecuali hanya Allah semata.
Tidak ada satupun bentuk ibadah dan isti’anah (Permintaan Pertolongan) yang boleh dialamatkan kepada selain Allah SWT.[2]
Mu’ahadah yang lain adalah ikrar manusia ketika mengucapkan kalimat “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya kuperuntukkan (ku-abdikan) bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam.”
2. Mujahadah
Mujahadah berarti bersungguh hati melaksanakan ibadah dan teguh berkarya amal shaleh, sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah SWT yang sekaligus menjadi amanat serta tujuan diciptakannya manusia.
Dengan beribadah, manusia menjadikan dirinya ‘abdun (hamba) yang dituntut berbakti dan mengabdi kepada Ma’bud (Allah Maha Menjadikan) sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba wajib berbakti (beribadah).
Mujahadah adalah sarana menunjukkan ketaatan seorang hamba kepada Allah, sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya. Di antara perintah Allah SWT kepada manusia adalah untuk selalu berdedikasi dan berkarya secara optimal.
Hal ini dijelaskan di dalam Al Qur’an Surat At Taubah ayat: 5,
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepada kamu apa-apa yang telah kamu kerjakan.”
Orang-orang yang selalu bermujahadah merealisasikan keimanannya dengan beribadah dan beramal shaleh dijanjikan akan mendapatkan petunjuk jalan kebenaran untuk menuju (ridha) Allah SWT hidayah dan rusyda yang dijanjikan Allah diberikan kepada yang terus bermujahadah dengan istiqamah.
Kecerdasan dan kearifan akan memandu dengan selalu ingat kepada Allah SWT, tidak terpukau oleh bujuk rayu hawa nafsu dan syetan yang terus menggoda.
Situasi batin dari orang-orang yang terus musyahadah (menyaksikan) keagungan Ilahi amat tenang. Sehingga tak ada kewajiban yang diperintah dilalaikan dan tidak ada larangan Allah yang dilanggar.
Jiwa yang memiliki rusyda terus hadir dengan khusyu’. Inilah sebenarnya yang disebut mujahidin ‘ala nafsini wa jawarihihi, yaitu orang yang selalu bersungguh dengan nuraninya dan gerakannya.
Syeikh Abu Ali Ad Daqqaq mengatakan: “Barangsiapa menghias lahiriahnya dengan mujahadah, Allah akan memperindah rahasia batinnya melalui musyahadah.”
Imam Al Qusyairi an Naisaburi [3] mengomentari tentang mujahadah sebagai berikut:
« Jiwa mempunyai dua sifat yang menghalanginya dalam mencari kebaikan; Pertama larut dalam mengikuti hawa nafsu, Kedua ingkar terhadap ketaatan.
Manakala jiwa ditunggangi nafsu, wajib dikendalikan dengan kendali taqwa. Manakala jiwa bersikeras ingkar kepada kehendak Tuhan, wajib dilunakkan dengan menolak keinginan hawa nafsunya.
Manakala jiwa bangkit memberontak, wajib ditaklukkan dengan musyahadah dan istigfar.
Sesungguhnya bertahan dalam lapar (puasa) dan bangun malam di perempat malam (tahajjud), adalah sesuatu yang mudah.
Sedangkan membina akhlak dan membersihkan jiwa dari sesuatu yang mengotorinya sangatlah sulit. »
Mujahadah adalah suatu keniscayaan yang mesti diperbuat oleh siapa saja yang ingin kebersihan jiwa serta kematangan iman dan taqwa.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيد ِ * إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Dan sesunggunya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan adal di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”. (Q.S. Qaaf: 16-18).
3. Muraqabah
Muraqabah artinya merasa selalu diawasi oleh Allah SWT sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia senantiasa rajin melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Sesungguhnya manusia hakikinya selalu berhasrat dan ingin kepada kebaikan dan menjunjung nilai kejujuran dan keadilan, meskipun tidak ada orang yang melihatnya.
Kehati-hatian (mawas diri) adalah kesadaran. Kesadaran ini makin terpelihara dalam diri seseorang hamba jika meyakini bahwa Allah SWT senantiasa melihat dirinya.
Syeikh Ahmad bin Muhammad Ibnu Al Husain Al Jurairy mengatakan, « “Jalan kesuksesan itu dibangun di atas dua bagian. Pertama, hendaknya engkau memaksa jiwamu muraqabah (merasa diawasi) oleh Allah SWT. Kedua, hendaknya ilmu yang engkau miliki tampak di dalam perilaku lahiriahmu sehari-hari.” »
Syeikh Abu Utsman Al Maghriby mengatakan, « “Abu Hafs mengatakan kepadaku, ‘manakala engkau duduk mengajar orang banyak jadilah seorang penasehat kepada hati dan jiwamu sendiri dan jangan biarkan dirimu tertipu oleh ramainya orang berkumpul di sekelilingmu, sebab mungkin mereka hanya melihat wujud lahiriahmu, sedangkan Allah SWT memperhatikan wujud batinmu.” »
Dalam setiap keadaan seorang hamba tidak akan pernah terlepas dari ujian yang harus disikapinya dengan kesabaran, serta nikmat yang harus disyukuri. Muraqabah adalah tidak berlepas diri dari kewajiban yang difardhukan Allah SWT yang mesti dilaksanakan, dan larangan yang wajib dihindari.
Muraqabah dapat membentuk mental dan kepribadian seseorang sehingga ia menjadi manusia yang jujur.
« Berlaku jujurlah engkau dalam perkara sekecil apapun dan di manapun engkau berada.
Kejujuran dan keikhlasan adalah dua hal yang harus engkau realisasikan dalam hidupmu. Ia akan bermanfaat bagi dirimu sendiri.
Ikatlah ucapanmu, baik yang lahir maupun yang batin, karena malaikat senantiasa mengontrolmu. Allah SWT Maha Mengetahui segala hal di dalam batin.
Seharusnya engkau malu kepada Allah SWT dalam setiap kesempatan dan seyogyanya hukum Allah SWT menjadi pegangan dlam keseharianmu.
Jangan engkau turuti hawa nafsu dan bisikan syetan, jangan sekali-kali engkau berbuat riya’ dan nifaq. Tindakan itu adalah batil. Kalau engkau berbuat demikian maka engkau akan disiksa.
Engkau berdusta, padalah Allah SWT mengetahui apa yang engkau rahasiakan. Bagi Allah tidak ada perbedaan antara yang tersembunyi dan yang terang-terangan, semuanya sama.
Bertaubatlah engkau kepada-Nya dan dekatkanlah diri kepada-Nya (Bertaqarrub) dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.” » [4]
وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إلاَّ مَا سَعَى وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ اْلأَوْفَى وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu), dan bahwasanya DIA yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya DIA yang mematikan dan yang menghidupkan.” (QS. An-Najm: 39-44)
4. Muhasabah
Muhasabah berarti introspeksi diri, menghitung diri dengan amal yang telah dilakukan. Manusia yang beruntung adalah manusia yang tahu diri, dan selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan kelak yang abadi di yaumul akhir.
Dengan melakasanakan Muhasabah, seorang hamba akan selalu menggunakan waktu dan jatah hidupnya dengan sebaik-baiknya, dengan penuh perhitungan baik amal ibadah mahdhah maupun amal sholeh berkaitan kehidupan bermasyarakat. Allah SWT memerintahkan hamba untuk selalu mengintrospeksi dirinya dengan meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Diriwayatkan bahwa pada suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. melaksanakan shalat shubuh. Selesai salam, ia menoleh ke sebelah kanannya dengan sedih hati. Dia merenung di tempat duduknya hingga terbit matahari, dan berkata ;
« “Demi Allah, aku telah melihat para sahabat (Nabi) Muhammad SAW. Dan sekarang aku tidak melihat sesuatu yang menyerupai mereka sama sekali. Mereka dahulu berdebu dan pucat pasi, mereka melewatkan malam hari dengan sujud dan berdiri karena Allah, mereka membaca kitab Allah dengan bergantian (mengganti-ganti tempat) pijakan kaki dan jidat mereka apabila menyebut Allah, mereka bergetar seperti pohon bergetar diterpa angin, mata mereka mengucurkan air mata membasahi pakaian mereka dan orang-orang sekarang seakan-akan lalai (bila dibandingkan dengan mereka).” »
Muhasabah dapat dilaksanakan dengan cara meningkatkan ubudiyah serta mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Berbicara tentang waktu, seorang ulama yang bernama Malik bin Nabi berkata ; « “Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali ia berseru, “Wahai anak cucu Adam, aku ciptaan baru yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat.” » [5]
Waktu terus berlalu, ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya. Allah SWT bersumpah dengan berbagai kata yang menunjuk pada waktu seperti Wa Al Lail (demi malam), Wa An Nahr (demi siang), dan lain-lain.
Waktu adalah modal utama manusia. Apabila tidak dipergunakan dengan baik, waktu akan terus berlalu. Banyak sekali hadits Nabi SAW yang memperingatkan manusia agar mempergunakan waktu dan mengaturnya sebaik mungkin.
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا َكثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَ الفَرَاغُ
“Dua nikmat yang sering disia-siakan banyak orang: Kesehatan dan kesempatan (waktu luang).” (H.R. Bukhari melalui Ibnu Abbas r.a).
5. Mu’aqabah
Muaqabah artinya pemberian sanksi terhadap diri sendiri. Apabila melakukan kesalahan atau sesuatu yang bersifat dosa maka ia segera menghapus dengan amal yang lebih utama meskipun terasa berat, seperti berinfaq dan sebagainya.
Kesalahan maupun dosa adalah kesesatan.
Oleh karena itu agar manusia tidak tersesat hendaklah manusia bertaubat kepada Allah, mengerjakan kebajikan sesuai dengan norma yang ditentukan untuk menuju ridha dan ampunan Allah.
Berkubang dan hanyut dalam kesalahan adalah perbuatan yang melampaui batas dan wajib ditinggalkan.
Di dalam ajaran Islam, orang baik adalah orang yang manakala berbuat salah, bersegera mengakui dirinya salah, kemudian bertaubat, dalam arti kembali ke jalan Allah dan berniat dan berupaya kuat untuk tidak akan pernah mengulanginya untuk kedua kalinya.
Shadaqallahul’azhim. Allahu A’lamu Bissawab.
Catatan kaki ;
[1] Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’
[2] Demikian komentar Imam as Syaukani dalam kitab tafsirnya ‘Fathul Qadir’ dan Syeikh Ali As Shabuni dalam kitab tafsirnya ‘Shafwatut Tafaasir’.
[3] Kitab tasawuf, “Risalatul Qusyairiyah”.
[4] Syeikh Abdul Kadir Jailany memberikan nasehat kepada kita sebagaimana yang terdapat dalam kitabnya Al Fathu Arrabbaani wa Al Faidh Ar Rahmaani.
[5] Malik bin Nabi dalam bukunya Syuruth An Nahdhah
Isinya sangat bagus dan sangat berbobot untuk dibaca, serta dipahami.
Alhamdulillah …
Terimakasih Ilmin …
Wassalam
minta copy paste boleh? iznkan..
Silahkan Ayman Saffura .. Jika bermanfaat mencari redha Allah … Wassalam
Boleh Ayman .. Silahkan ananda .. Wassalam
Syukur Alhmdllh krn sy telah dbri ksemptn unt mmbaca tulisan buya.. Shg sy hrs byk bljar tentang hakikat hdup yg sbnarnya (mengabdi hanya pd Allah swt). Mhon doanya Buya, agr sy dpt mengaplikasikn tulisan Buya yg sgt brmanfaat ini. Wsl
Alhamdulillah.. Terimakasih al Fayd .. Salam buat semua .. wassalam
Aslmkm.wr.wb.
Subhanallah…
Materi yang luar biasa.
Izin copy sebagai referensi.
Syukron, Jazakallah khair.
Wslmkm.wr.wb.
Silahkan Erwin .. Moga bermanfaat bagi banyak orang .. Salam maaf buat semua .. Wassalam
..point-pointnya mengena mas, namun memang perlu diperdalam lagi [mungkin terma ini lebih apik kalau dituangkan ke dalam buku].
terima kasih.
As Salam ‘Alaikum Mas Sugeng …
Jika Allah memberi kelapangan waktu, satu ketika nanti diperluas menjadi buku…
Terimakasih atas apresiasinya Mas Sugeng…
Wassalam
ass. alhamdulillah manfaat.
Subhanallah, buya suka membaca juga karya malik bin Nabi
Alhamdulillah .. ada juga satu dua .. baik dan bersih uraiannya .. Moga Allah memberikan keberkatan bagi ummat yang mencari jalan kepada ridha Nya .. Amin .. Terimakasih Supriatma .. wassalam
Assalamualaikum w.b.t
..Minta izin untuk copy ..
..Terima kasih..
Silahkan bila memang bermanfaat .. Wassalam
Assl. Wr.Wb.
Materinya bagus sekali.
Saya mohon ijin utk meng copy, dengan tetap mencantumkan link Bapak. Trm ksh.
Wassl. Wr.Wb
Alaikumus Salam Warahmatullahi wa Barakatuh …
Silahkan kalau memang bermanfaat dan mendekatkan diri kepada redha Allah .. Amin …
Terimakasih .. Wassalam
terima kasih utk semua maklumat di atas…
ia byk membantu…
Terimakasih .. semoga Allah meredhoi.. Amin .. Wassalam
[…] [19] https://blogminangkabau.wordpress.com/2009/05/06/bersikap-muahadah-mujahadah-muraqabah-muhasabah-dan-… […]
Jazakallh khairan … syukron katsiran
[…] 22 Komentar […]
Silahkanlah bila dianggap bermanfaat untuk ummat .. Terimakasih .. Wassalam
mohon izin copy tuk dijadikan bahan renungan
Silahkan Mahmudi .. Moga bermanfaat .. Terimakasih .. wassalam
syukran..mohon izin copy sbgai perkongsian
Silahkan Aizat, moga bermanfaat … Wassalam
Itu
Itu dalil pada pembahasan tentang mujahadah mengenai Al Qur’an Surat At Taubah ayat: 5, kenapa salah y terjemahnya?
setau ana yang benar “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu[630], maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.”
Wallahua’lam
Terimakasih koreksiannya. Moga Allah redha … Amin
assalaamu ‘alaikum. minta izin copy paste, boleh?
Silahkan Dadang
Alhamdulillah, luar biasa, semoga Allah SWT membalas bpk dg berlipat keberkahan karena berkenan membagi ilmu, minta ijin copy untuk bahan kajian, syukron katsir
Amin Ya Rabbal Alamien .. Terimakasih Nurul
abang mau tanya,,,kenapa iman dan taqwa selalu berhubungan,,,kenapa iman tidak dengan islam,,atau yang lainnya,,,?
berikan penjelasannya?
Iman itu perilaku Ariyanto ..
bukan hanya sebuah perbincangan …
tiada yang pantas kuucapkan kecuali kalimat dunia akhirat! “Alhamdulillahirobbil’alamiin”
Alhamdulillah …
Terimakasih atas semua komentar …
Semoga Allah selalu meredhoi …
Amin
Wassalam
Terima kasih penjelasan tentang Mujahadah, muraqabah dll.Ini sangat membantu.Mohon izin untuk mengcopy.Terima kasih,Buya….
Silahkan Halim … Salam buat semua …. Wassalam
Alhamdulillah … Semoga bermanfaat … Amin …
Assalamualaikum wr.wb.
mohon ijinnya u/mengkopy trmksh
Silahkan Wahyudi
Mohon maaf terlambat balas Ya
assalamu alaykum warahmatullahi wabarakatuh..
terima kasih atas tambahan ilmu dari anda.
moga Alloh SWT menambahkan dan memperluas Ilmu dan hikmah ilmuNYA kepada anda..
Jazakallahu khairan wa barakallahu fiqum..
Alhamdulillah Arung Wahyu …
Ilmu itu Allah Yang Maha Benar …
Hamba ini faqiir semata …
Jazakallahu Khairan Katsiran …
Wassalamu’alaiykum
alhamdulilah saya sudah faham maksudnya….
terima kasih atas perkongsian ilmu…
Alhamdulillah …
Terimakaseh banyak Nur Hidayah Ahmad
Wassalam
syukron,,,,,,
sangat membantu……………………..
Alhamdulillah ..
Terimakasih banyak Najah
Buya Yth. Assalamu’alaikum wr wb.
Nama saya Ansari,. izinkan saya men-copy paste tulisan buya. Terima kasih.
Wassalam wr.wb
Wa alaikum salam,
Silahkan, moga bermanfaat.
Wassalam
Reblogged this on BARIZI WEBLOG.
Okey, silahkan
Assalaamu ‘alaikum. Buyaaaaa.
Ambo pertama mancaliak Blog Minangkabau’s….. terus ado pembahasan iko. Ambo minta izin mengambangkan dalam tulisan, sesuai jo pengalam pribadi ambo. lai buliah buya….?
Wa alaiykum salam waRahmatullahi wa Barakatuhu,
Edmon Hizbullathief S …
Tarimo kasih …
Silahkan diperdalam …
Inilah kekayaan ruhul Islam kito nan tun …
Wassalam
Buya HMA
mohon ijin copy paste
Silahkan akh Abdul Ghaffar
Mambruk Insyaallah
izin menjadikan bahan referensi untuk ditulis di blog saya, jazakallah..
Silahkan Yulianemoniac
ahlanussalam ..isi materi cukup inspiratif dlm membangun kualitas keimanan kita pd khususnya dan kedepan bs mnciptakan masyarkt madani yg mutualis..saya mgusulkan dtambah 1 lagi dlm hal d atas selain 5 sikap yg buya smpaikan,yaitu KAFFAH,agar qt lbh mnonjolkan totalitas dlm keislaman.. makasih,wasalam.
Syukran Akh Cak Toha,
Antum bi Khairin Insya Allah
Buya, bagaimana kiro-kiro tanggapan buya tentang matinyo budaya Suluak di Minangkabau… Dzikir asmaul husna di dalam hati yg senantiasa dilantunkan, bagaimana pandangan buya?
Rully,
itu semua karena terpengaruh materialisme …
hanyo bahukum kapado nan nampa sajo …
lupo wak ee kapado nan di baliek nan nampak nantun …
maafkan Buya kok salah kecek yoo ..
Wassalam
assmlkm….yakhaer…almujahadah miftakhul hidayah laa miftakha laha siwa.
Na’aam shadaqta ya akhiie fillah
Wassalamu ‘alaiykum
assmkm pk kyai sy mau tanx apa dalil khoirihiwasyarrihi minallohi Itu benar trmksh atas jwbnx.
Benar,
Innallaha ‘alaa kulli Syai-in Qadiir
Izin copy Buya, Alhamdulillah, semoga Allah memberi balasan yang lebih banyak dan lebih baik untuk Buya Masoed Abidin. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.
Silahkan ananda Madah Putra
Wassalam
Buya HMA
Assalaamu ‘alaikum. Buyaaaaa.
Isi materi cukup inspiratif untuk membangun keimanan kita dan menambah wawasan dalam mengamalkan diinullah
Wa alaikum salaam wa Rahmatullahi wa Barakatuhu …
Terimakasih Maryadi …
Moga bermanfaat untuk di amalkan ya …
Wassalam
Buya HMA
Subhanallah
Maha suci engkau yg memiliki segala ilmu
Dan maha besar engkau yg telah memberikan ilmu kpada mereka yg maw berbagi dengan ilmu yg dimiliki sehingga bermanfaat untuk orang lain
Saya harap ilmu ni bisa dipergunakan dengan baik
Alhamdulllah …
Terimakasih Rikho Dian …
Moga Allah ridho …
Amiin
Syukran atas ilmunya, jazakallohu khoiron katsiron pil ilmi
Alhamdulillah,
Terimakasih Rahmat
saya jg ijin copy buya,jazakumullah
Silahkan Gracy
Assalamualaikum, ijin share materi saya juga tentang muraqabah >>> http://manahilislamictrack.wordpress.com/2014/07/25/fisika-rumus-muraqabah/
Wa alaiykum salam …
Silahkan ananda ,
Moga bermanfaat …
Wassalamu’alaykum wa Rahmatullahi wa Baraakatuh …
Buya HMA
salam, terima kasih untuk sharing ini. sangat membantu.
saya ada satu pembetulan untuk bahagian mujadah, ayat surah At-Taubah tu sepatutnya 105 bukan 5, mungkin terlepas pandang.
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepada kamu apa-apa yang telah kamu kerjakan.” (9:105)
Alhamdulillah
[…] Bersikap Muahadah, Mujahadah, Muraqabah, Muhasabah, dan Muaqabah dalam Membangun Hari Esok yang lebi… […]
Masyaa Allah… banyak ilmu yg saya dapat. Mohon izin copas Buya. .
Jazakallah khoiran kastiron…
Salam..
awalnya ingin cari makna muraqabah, ternyata ketemu konsep lebih lengkap dari buya..terimakasih mohon izin share ya buya…semoga Buya senantiasa sehat dan panjang umur membimbing umat