MANTAGI MINANGKABAU

KEKUATAN DAN MANTAGI MINANGKABAU ADA PADA :…

  1. SA IYO SA TIDO.
  2. BA KATO BANA BA JALAN LURUIH.
  3. SINGKEK BA ULEH KURANG BA TUKUAK NAN CONDONG BA TUPANG.
  4. SA CIOK BAK AYAM SA DANCIENG BAK BASI.
  5. SA HINO SA MALU.
  6. Mestinya tetap ter (di) jaga sampai kini ???
  7. MINANGKABAU masa LALU dan MINANGKABAU masa DATANG nilai nilai utamanya tetap sama.
  8. Bingkainya Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah.
  9. Implementasinya Syara’ Mangato Adaik Mamakaikan. FII KULLI ZAMANIN WA FII KULLI MAKANIN_

¤ JAN TAKALOK JUO, JAGO LAH LAIII. … NASEHAT DI SURAU.

  1. KEUTAMAAN BANGUN SHUBUH DAN MRLEPAS KAN DIRI DARI 3 IKATAN SETAN.
  2. Apa ada keutama- an bangun Shubuh?
  3. Kita tahu setiap muslim punya kewajiban untuk bangun shubuh karena ada shalat fardhu yang mesti ditunaikan kala itu.
  4. Setan Lewat Tiga Ikatan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    عَقِدَ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ
    Setan membuat tiga ikatan di tengkuk_ (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776).
  5. Setan akan membuat ikatan di tengkuk manusia ketika ia tidur.
    Ikatan tersebut seperti sihir yang dijalankan oleh setan untuk menghalangi seseorang untuk bangun malam.
  6. Karena ikatan itu ada akhirnya setan terus membisikkan atau merayu supaya orang yang tidur tetap terus tidur dengan mengatakan malam itu masih panjang
  7. Lantas bagaimana kah solusinya untuk bisa lepas dari tiga ikatan setan yang terus merayu agar tidak bangun malam?
  8. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kan solusinya: (1) bangun tidur lalu berdzikir pada Allah (2) kemudian berwudhu. (3) mengerja kan shalat.
  9. Faedah dari berdzikir pada Allah ketika bangun tidur, ini kembali pada faedah dari dzikir secara umum.
  10. Sebagaimana disebut kan oleh Ibnul Qayyim bahwa dzikir dapat mengusir setan, mendatangkan kebahagiaan, mencerah kan wajah dan hati, menguatkan badan dan melapang kan rezeki. (Lihat mengenai Fawaid Dzikir dalam Shahih Al Wabilush Shayyib hal. 83-153.)_
  11. Di antara dzikir yang bisa dibaca setelah bangun tidur adalah dzikir berikut ini :
    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ
    Artinya … Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan.
    (HR. Bukhari no. 6325)
  12. Atau membaca dzikir berikut,
    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ فِيْ جَسَدِيْ، وَرَدَّ عَلَيَّ رُوْحِيْ،
    Artinya … Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan pada jasadku dan telah mengembalikan ruhku serta mengizinkanku untuk berdzikir kepada-Nya … (HR. Tirmidzi no. 3401. Hasan menurut Syaikh Al Albani)
  13. Adapun shalat malam sendiri adalah kebiasaan yang baik bagi orang beriman di mana waktu akhir malam adalah waktu dekatnya Allah pada hamba-Nya. Dari ‘Amr bin ‘Abasah, ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الرَّبُّ مِنَ الْعَبْدِ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ الآخِرِ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللَّهَ فِى تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ
    Waktu yang seorang hamba dengan Allah adalah di tengah malam yang terakhir. Siapa yang mampu untuk menjadi bagian dari orang yang mengingat Allah pada waktu tersebut, maka lakukanlah.” (HR Tirmidzi no 3579, shahih menurut syaikh Al Albani).
  14. ➡ Adapun orang yang tidak bangun shubuh, hakekatnya masih terikat dengan tiga ikatan tadi, ia terus di bisikkan oleh syetan sehingga tidak bisa bangkit untuk bangun.
  15. APA MANFAAT BANGUN SHUBUH? Di sebutkan di Akhir hadits bahwa orang yang bangun dan terlepas darinya tiga ikatan setan, ia akan semangat di pagi harinya, jika tiga ikatan tersebut tidaklah lepas, maka akan malas dan tidak sehat di pagi harinya
    استغفرالله نعوذبالله من ذلك.
  16. Mari terus semangat bangun malam dan bangun shubuh, semoga kita termasuk Golongan yang mendapatkan kebaikan dan keberkahan yang banyak
  17. Berdoalah dengan Do’a Nabi shallallahu ‘Alaihi wasallam,
    اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُ مَّتِى فِى بُكُو رِهَا
    Ya Allah, berkahilah Ummatku di waktu paginya.” (HR Abi Daud no 2606, Tirmidzi no 1212 dan Ibnu majah no 2236, syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Wallahu waliyyut Taufiq
WASSALAAM
Buya MAbidin Jabbar
Buya Hma Majo Kayo
BUYAHMA
Masoed Abidin Jabbar
Masoed Abidin ZAbidin Jabbar
Masoed Abidin Za Jabbar

REFERENSI
Kunuz Riyadhis shalihin, Rais Al Fariq Prof, dr Hamad bin Nashir bin ‘Abdurrahman Al Ammar, terbitan Dar Kunuz Isybiliyaa, cetakan pertama, th 1430 H,
Shahih Al wabilush Shayib, ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar ibnul jauzi, cetakan ke-11 th 1427H

سبحنك اللهم وبحمدك أشهد أن لا اله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
اللهم إني أسألك علماً نافعاً، ورزقاً طيباً، وعملاً متقبلاً
وصل الله وسلم على نبينا محمد واله وصحبه أجمعين
والحمد لله رب العالمين…
ان شاء الله…. امين يارب…

ARIFLAH … MESTI CERDIK DAN PANDAI … KEMBALI LAH BELAJAR SILEK

INSYAALLAAH ARIFLAH …. MESTI CERDIK DAN PANDAI … KEMBALI LAH BELAJAR SILEK NAN SABANA NYO … Konon kabarnya kenapa Silek urang Minang itu tidak pernah menyerang kepala musuh dan terlalu banyak gerakan tidak menyerang sebagai seni nya silat, itu mengandung falsafah hidup yang sangat tinggi.
Melambang kan orang Minang itu sangat menghargai orang bahkan musuh sekalipun, karena kepala adalah bagian tubuh yang sangat terhormat.
Banyak nya gerakan yang tidak menyerang langsung menggambarkan bahwa dalam keadaan bagaimanapun orang Minang selalu memberi peluang untuk berunding dan bernegosiasi, sehingga masalah dapat di selesai kan dengan perundingan … Mungkinkah kearifan ini yang mulai hilang (?) …. Nagari ko awak punyo …. Nan datang tu sakadar manompang. Wak no bulieh tanang dan sanang tingga. Tapi, anak kamanakan awak kito jago basamo. BALDATUN THAYYIBATUN WA RABBUN GHAFUUR.
UJIAN HIDUP BAHKAN MUSIBAH SELALU DATANGNYA DARI ALLAH. AKIBAT PERBUATAN TANGAN KITA SENDIRI. MAKA, SELALU LAH BERSIAP DAN BERSABAR LAH. LAKUKAN YANG TERBAIK. JANGAN PERNAH BUAT BENCANA DI BUMI. Rentang sejarah membuktikan bahwa penerapan ABS-SBK telah memberikan lingkungan sosial budaya yang subur bagi seluruh anggota masyarakat dalam mengembangkan segenap potensi dan kreativitasnya sehingga terciptalah MANUSIA dan MASYARAKAT MINANGKABAU YANG UNGGUL dan TERCERAHKAN.
Walau berada dalam lingkungan yang sulit  penuh tantangan, sejak zaman kolonial hingga ke masa-masa perjuangan, budaya Minangkabau dengan ABS-SBK terbukti mampu menciptakan lingkungan yang MENGHASILKAN JUMLAH YANG SIGNIFIKAN TOKOH- TOKOH YANG MENJADI PEMBAWA OBOR PERADABAN di kawasan ini.
KEUNGGULAN NYA ADA PADA FALSAFAH ADAT YANG MENCAKUP ISI YANG LUAS. Akhlak karimah berperan dalam kehidupan yang mengutamakan kesopanan dan memakaikan rasa malu, sebab malu jo sopan kalau lah hilang,  habihlah raso jo pareso, dalam terapan ABS-SBK secara “murni dan konsekwen.”
YANG WARAS ITU YANG JUJUR TIDAK MENCELA DAN TIDAK SENANG MENCACI SERTA MAMPU MENGHORMATI DAN TIDAK MEMBENTUR KAN SESAMA UMAT.
INSYAALLAAH ..

BERDOALAH UNTUK KESELAMATAN KITA SEMUA.
عن عائشة قالت : رأَيْتُ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وهُوَ بِالموتِ ، عِندهُ قدحٌ فِيهِ مَاءٌ ، وهُو يدخِلُ يدهُ في القَدَحِ ، ثم يمسَحُ وجهَهُ بالماءِ ، ثم يقول : « اللَّهُمَّ أَعِنِّي على غمرَاتِ الموْتِ وَسَكَراتِ المَوْتِ »  رواه الترمذي
Sayyidatina Aisyah رضي اللَّهُ عنها berkata : _”Saya melihat Rasulullah صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم dan beliau ketika itu sedang menghadapi sakaratul maut. Di sisinya ada sebuah gelas yang berisi air.
Beliau صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم memasukkan tangannya ke dalam gelas kemudian mengusap wajahnya dengan air tadi, lalu mengucapkan,  -yang artinya- … “Ya Allah, berilah aku pertolongan untuk menghadapi kesukaran- kesukaran hendak meninggal dan juga sakaratul maut ini.”
*رضِيْتُ بِالله رَبَّا وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْـنًا وَبِمًحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم نَبِيًّا وَرَسُوْلاً*
Aku rela ber-Tuhan-kan Allah, dan beragama Islam dan Muhammad صلى اللَّه عليه وآله وسلم sebagai Nabi dan Rasul.” Aamiin yaa Mujiibas-Saailiina

NASIHAT DARI HATI KE HATI, TENTANG HATI. Ibnul Qayyim –rahimahullah– adalah salah seorang ulama besar yang telah banyak berbicara tentang hati.
Berikut ini adalah beberapa untaian kalimat Imam Ibnul Qayyim rahimahullah– tentang hati, yang tertuang dalam salah satu bukunya al-Fawaid. Semoga kalimat- kalimat ini bisa memberi kan manfaat besar kepada kita semua.
Imam Ibnul Qayyim –rahimahullah– berkata:

1. TIDAKLAH SESEORANG DIHUKUM DENGAN HUKUMAN YANG LEBIH BERAT DIBANDINGKAN DENGAN KERASNYA HATI DAN JAUHNYA DARI ALLAH. Neraka telah diciptakan untuk mencairkan hati-hati yang keras. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.
2. JIKA HATI MENGERAS, KERING LAH AIR MATA. KERASNYA HATI DISEBABKAN OLEH EMPAT HAL jika engkau melampaui batas yang dibutuh kan (yaitu); makan, tidur, berbicara dan pergaulan.  Sebagai mana badan jika sakit tidak akan bermanfaat padanya makanan dan minuman, maka demikian pula hati jika sakit karena syahwat tidak akan manjur padanya berbagai nasihat.
3. BARANGSIAPA MENGHENDAKI KEJERNIHAN HATINYA, HENDAK NYA DIA LEBIH UTAMAKAN ALLAH ATAS SYAHWATNYA. Hati-hati yang terikat dengan syahwat, berarti tertutup dari Allah sesuai dengan keterikatannya dengan syahwat.
4. KEHANCURAN HATI disebabkan karena MERASA AMAN (dari siksaan Allah) dan KELALAIAN. Sedang kan KEMAKMURAN HATI disebabkan oleh RASA TAKUT DAN SELALU INGAT KEPADA ALLAAH.
Kerinduan kepada Allah dan perjumpaan dengan-Nya adalah angin segar yang bertiup kepada hati yang akan mendingin kan darinya panasnya dunia.
5. BARANGSIAPA MENEMPATKAN HATINYA DISISI RABB NYA NISCAYA AKAN TENANG dan TENTERAM.
6. BARANGSIAPA MEMBEBASKAN HATINYA DARI PADA MANUSIA, niscaya dia akan kebingungan dan akan semakin tegang (stress). Kecintaan kepada Allah tidak akan masuk ke dalam hati yang padanya terdapat kecintaan terhadap dunia kecuali sebagaimana onta masuk ke dalam lubang jarum.
7. JIKA ALLAH MENYINTAI SEORANG HAMBA, niscaya Dia akan memilihnya untuk Diri-Nya, memilihnya untuk mencintai-Nya, memilihnya untuk beribadah kepada- Nya, sehingga Dia akan menyibukkan pikirannya dengan- Nya, menyibukkan lisannya untuk berdzikir kepada-Nya, dan menyibukkan anggota tubuhnya untuk mengabdi kepada-Nya.
8. HATI BISA SAKIT sebagaimana badan bisa sakit. Dan OBAT HATI ada pada TAUBAT dan PERLINDUNGAN DIRI.
9. HATI JUGA BISA KOTOR sebagaimana cermin bisa kotor. Dan TERANGNYA HATI adalah dengan DZIKIR.
10. HATI BISA TELANJANG sebagaimana tubuh juga bisa telanjang … Dan PERHIASAN HATI adalah KETAKWAAN.
11. HATI JUGA BISA LAPAR DAN HAUS sebagaimana halnya badan … Dan MAKANAN DAN MINUMAN HATI adalah MA’RIFAH (pengetahuan tentang Allah), MAHABBAH (kecintaan terhadap Allah), TAWAKKUL, senantiasa kembali dan mengabdi hanya kepada Allah.
MOGA BERMANFAAT.

SUMBER
(al-Fawaid 146-147, diterjemahkan dari al-Majmu’ul Qayyim min Kalam Ibnil Qayyim 110-111).

Wassalaam BuyaHMA
Masoed Abidin Za Jabbar
Buya MAbidin Jabbar
Buya Hma Majo Kayo

NILAI NILAI AJARAN ISLAM [SYARA’ — SYARI’AT ISLAM:], DI DALAM BUDAYA MINANGKABAU — ADAT BASANDI SYARA’, SYARA’ BASANDI KITABULLAH (ABS-SBK).

NILAI ISLAM DI DALAM BUDAYA MIANGKABAU, ADAT BASANDI SYARAK (ABS), SYARAK BASANDI KITABULLAH (SBK).

Membangkitkan Kesadaran Kolektif Akan Nilai Agama Islam di dalam Norma Dasar Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah Untuk Membangun Manusia Yang Unggul Dan Tercerahkan.

Oleh : H. Mas’oed Abidin

  1. MEMAHAMI BAHWA MASYARAKAT MINANGKABAU ADALAH MASYARAKAT YANG MENGHORMATI HAK-HAK SIPIL (MADANI) YANG BERADAT DAN BERADAB. Kegiatan hidup masyarakat Minangkabau dipengaruhi oleh berbagai lingkungan tatanan (”system”) pada berbagai tataran (”structural levels”). Yang paling mendasar adalah ”meta- environmental system” yaitu tatanan nilai dan norma dasar sosial budaya berupa Pandangan Dunia dan Pandangan Hidup (selanjutnya di sini kita singkatkan saja dengan PDPH) ini memengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat berupa sikap umum dan perilaku serta tata- cara pergaulan masyarakat. PDPH ini merupakan landasan pembentukan pranata sosial budaya yang melahirkan berbagai lembaga formal maupun informal. Pranata sosial budaya (”social and cultural institution”) adalah batasan-batasan perilaku manusia atas dasar kesepakatan bersama yang menjadi ”kesadaran kolektif” di dalam pergaulan masyarakat berupa seperangkat aturan main dalam menata kehidupan bersama (“humanly devised constraints on actions; rules of the game.”).
  2. PDPH merupakan pedoman serta petunjuk perilaku bagi setiap dan masing- masing anggota masyarakat di dalam kehidupan sendiri- sendiri maupun bersama-sama. PDPH memberikan ruang (dan sekaligus batasan-batasan) yang merupakan ladang bagi pengembangan kreatif potensi manusiawi dalam menghasilkan buah karya sosial, budaya dan ekonomi serta karya-karya pemikiran intelektual yang merupakan mesin perkembangan dan pertumbuhan masyarakat di segala bidang kehidupan.
  3. MEMAHAMI BUDAYA MINANGKABAU DIBANGUN DI ATAS PETA REALITAS. Adat Minangkabau dibangun di atas ”Peta Realitas” yang dikonstruksikan secara kebahasaan (”linguistic construction of realities”) yang direkam terutama lewat bahasa lisan berupa pepatah, petatah petitih, mamang, bidal, pantun yang secara keseluruhan dikenal juga sebagai Kato Pusako. Lewat berbagai upacara Adat serta kehidupan masyarakat se-hari- hari, Kato Pusako menjadi rujukan di dalam penerapan PDPH di dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Pengonstruksian kebahasaan itu berlaku lewat berbagai upacara Adat serta kehidupan masyarakat se-hari- hari, Kato Pusako menjadi rujukan di dalam penerapan PDPH di dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Dengan perkataan lain, Adat yang bersendi kepada “Nan Bana” adalah Peta Realitas sekaligus Pedoman serta Petunjuk Jalan Kehidupan Masyarakat Minangkabau. Dengan perkataan lain, Adat yang bersendi kepada “Nan Bana” adalah Peta Realitas sekaligus Pedoman serta Petunjuk Jalan Kehidupan Masyarakat Minangkabau. Pokok pikiran ”alam takambang jadi guru” menunjukkan bahwa para filsuf dan pemikir Adat Minangkabau (Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan, menurut versi Tambo Alam Minangkabau) meletakkan landasan filosofis Adat Minangkabau atas dasar pemahaman yang mendalam tentang bagaimana bekerjanya alam semesta serta dunia ini termasuk manusia dan masyarakatnya. Mereka telah menjadikan alam semesta menjadi ”ayat dari Nan Bana”. Dalam peta realitas nya, terungkap di dalam ”kato” yang menjadi mamangan masyarakatnya, di antaranya di dalam Fatwa adat menyebut kan, “Alang tukang tabuang kayu, Alang cadiak binaso adat, Alang alim rusak agamo, Alang sapaham kacau nagari. Dek ribuik kuncang ilalang, Katayo panjalin lantai, Hiduik jan mangapalang, Kok tak kayo barani pakai. Baburu kapadang data, Dapeklah ruso balang kaki, Baguru kapalang aja, Bak bungo kambang tak jadi”.
  4. MEMAHAMI KONSEP BUDAYA MUSYAWARAH DAN MUPAKAIK … Konsep ”Adaik basandi ka mupakaik, mupakaik basandi ka alua, alua basandi ka patuik, patuik basandi ka Nan Bana, Nan Bana Badiri Sandirinyo” menunjuk kan bahwa sesungguh nya para filsuf dan pemikir yang merenda Adat Minangkabau telah mengakui keberadaan dan memahami ”Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo”, artinya kekuasaan dan kebenaran hakiki ada pada kekuasaan Tertinggi. Sangat sedikit catatan sejarah dengan bukti asli/otentik tentang bagaimana sesungguhnya bentuk dan keberhasilan masyarakat Minangkabau di dalam menjalankan Adat yang bersendi akan Nan Bana itu. Sejarah dalam perjalanan masa yang dekat (dua tiga abad yang silam) menunjuk kan bahwa di dalam kehidupan sehari-hari Masyarakat Minangkabau banyak ditemukan praktek- praktek yang kontra produktif bagi perkembangan masyarakat seperti judi, sabung ayam dan tuak dan lain-lain. Masyarakat Minangkabau pra- ABS-SBK adalah Masyarakat Ber-Adat yang bersendikan Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo. Sebagai buah hasil dari konstruksi realitas lewat jalur kebahasaan, hasil penerapannya di dalam kehidupan masyarakat se-hari- hari tergantung kepada sejauh mana ”peta realitas” itu memiliki ”hubungan satu-satu” (one-to-one relationship) atau sama sebangun dengan Realitas yang sebenarnya (Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo itu). Terterapkannya berbagai perilaku kontra-produktip oleh beberapa bagian masyarakat menunjuk kan bahwa ada kekurangan serta kelemahan dari Adat Minangkakau Sebagai Peta Realitas serta Petunjuk Jalan Kehidupan Bermasyarakat itu. Kekurangan utama yang menjadi akar dari segenap kelemahan yang terperagakan itu adalah ada bagian dari Peta Realitas itu yang ternyata tidak sama sebangun dengan Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo itu. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketika Adat hanya bersendikan kepada Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo, ada yang kurang dan hilang dalam tali hubungan keduanya, yaitu antara Adat sebagai Pedoman serta Petunjuk Jalan Kehidupan dengan Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo itu yang di urai-jelaskan tadi. Kekurangan utama (Peta yang tidak sama sebangun dengan Realitas) itu melahir kan beberapa kekurangan tampak pada kekurangan turunan pertama adalah Adat Minangkabau Sebagai Peta Realitas tidak dilengkapi dengan Pedoman dan Petunjuk yang memadai tentang bagaimana ia seharus nya digunakan. Peta yang tidak dilengkapi dengan bagaimana menggunakannya secara memadai tidak bermanfaat, malah dapat menyesatkan. Kekurangan lanjutan, tidak dilengkapinya Adat Minangkabau Sebagai Peta Realitas itu dengan Pedoman serta Petunjuk Jalan Kehidupan yang memadai. Peta tanpa petunjuk jalan yang memadai tidak akan membawa kemana- mana. Kekurangan berikutnya lagi, Adat yang menjadi Pedoman serta Petunjuk Jalan Kehidupan itu tidak dilengkapi dengan pedoman teknis perekayasaan perilaku (social and behavioral engineering techniques) yang memadai sehingga rumus-rumus dan resep-resep pembentukan masyarakat sejahtera berkeadilan berdasar Adat Minangkabau tidak bisa diterapkan. Akar segala kekurangan serta sebab-musabab segala kelemahan berupa ketidak- lengkapan serta kurang-kememadai-an itu adalah ketiadaan “hubungan satu-satu” antara Peta Realitas dengan Realitas itu sendiri atau Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo itu. Konsep dasar Adat Minangkabau (Adat Nan Sabana Adat) kemudian menjadi kesadaran kolektif berupa Pandangan Dunia dan Pandangan Hidup manusia dan PDPH bagi masyarakat Minangkabau. Di samping itu, pengaruh kepercayaan Hindu dan Budha sertamerta telah mewarnai tata- cara dan praktek penyembahan yang kita belum memiliki catatan yang lengkap tentang itu. Sungguh Filsul dan pemikir yang merenda Adat Minangkabau telah mengakui dan memahami keberadaan Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo. Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo termasuk Alam Terkembang yang menjadi Guru. Dari pemahaman bagaimana Alam Terkembang bekerja, termasuk di dalam diri manusia dan masyarakatnya, direndalah Adat Minangkabau. Sebelum peristiwa Piagam Sumpah Satie Bukik Marapalam, budaya Minangkabau dapat digambarkan lewat diagram pepatah, petatah petitih, mamang, bidal, pantun yang berisikan gagasan-gagasan bijak itu dikenal sebagai Kato Pusako. Kato Pusako itu yang kemudian dilestarikan secara formal lewat pidato-pidato Adat dalam berbagai upacara Adat. Sastera Lisan juga merekam Kato Pusako dala kemasan cerita-cerita rakyat, seperti Cindua Mato, dll. PDPH Masyarakat Minangkabau juga diungkapkan pada seni musik (saluang, rabab), seni pertunjukan (randai), seni tari (tari piriang), dan seni bela diri (silek dan galombang). Benda-benda budaya (karih, pakaian pangulu, mawara dll), bangunan (rumah bagonjong), serta artefak lain-lain mengungkapkan wakil fisik dari konsep PDPH Adat Minangkabau. sehingga masing- masing menjadi lambang dengan berbagai makna. Bila digambarkan Budaya Minangkabau bersumber kepada “Nan Bana” sebagai bagan Konsep dasar PDPH (Adat Nan Sabana Adat) itu diungkapkan lewat Bahasa, terutama Bahasa Lisan (Sesungguhnya Minangkabau pernah memiliki tulisan berupa adaptasi dari Huruf Pallawa dari India (pengaruh agama Hindu/Budha). Konsep PDPH yang merupakan inti Adat Minangkabau (Adat Nan Sabana Adat) memengaruhi sikap umum dan tata-cara pergaulan, yang lebih dikenal sebagai Adat nan Diadatkan dan Adat nan Taradat.
  5. MEMAHAMI PEMESRAAN (ASIMILASI) NILAI-NILAI AJARAN ISLAM KE DALAM FILOSOFI BUDAYA MINANGKABAU. Sesudah masuknya Islam terjadi semacam lompatan kuantum (quantum leap) di dalam budaya Minangkabau, dengan tumbuh-kembangnya manusia-manusia unggul dan tercerah kan yang muncul menjadi tokoh-tokoh yang berperan penting dalam sejarah kehidupan masyarakat adat Minangkabau di kawasan ini. Bagai- mana gejala itu bisa diterangkan?. Semata karena nilai yang dibawa oleh ajaran Islam mudah mengakar ke dalam kehidupan masyarakat di Minangkabau. Sesudah itu tumbuh masyarakat yang beradat dan beragama Islam di kawasan ini. Orang Minangkabau terkenal kuat agamanya dan kokoh adatnya. Seorang anak Minangkabau di mana saja berdiam tidak akan senang di sebut tidak beragama, dan tidak beradat. Orang yang tidak beradat dan tidak beragama Islam, di samakan kedudukannya dengan orang tidak berbudi pekerti Di sebutkan indak tahu di nan ampek. Adat Minangkabau dinamis, menampak kan raso (hati, arif, intuitif) dan pareso (akal, rasio, logika), hasil nyata dari alam takambang jadi guru, makin kokoh dengan keyakinan yang diisi oleh agama Islam yang benar (haq dari Rabb). Kalangan terdidik (el-fataa) di Minangkabau khususnya selalu hidup dalam bimbingan agama Islam. Dengan bimbingan agama dalam kehidupan, maka ukhuwah persaudaraan (ruh al ukhuwwah) yang terjalin baik. Kekerabatan yang erat telah menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan. Kekerabatan tidak akan wujud dengan meniadakan hak-hak individu orang banyak. Selanjutnya, tamak dan loba akan mempertajam permusuhan antara sesama. Bakhil akan meruntuhkan perasaan persaudaraan dan perpaduan. Nilai-nilai ajaran Islam mengajarkan agar setiap Muslim wajib mengagungkan Allah dan menghargai nikmatNya yang menjadi sumber dari rezeki, kekuatan, kedamaian dan membimbing manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya.
    اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ
    Allah pelindung bagi orang-orang yang beriman yang mengeluarkan mereka dari berbagai kegelapan kepada nur (hidayah-Nya). Dan orang-orang kafir itu pelindung-pelindung mereka ialah taghut (sandaran kekuatan nya kepada selain Allah) yang mengeluar kan mereka daripada nur (hidayah Allah) kepada berbagai kegelapan …(QS. Al-Baqarah, 257). Meta-environment (tatanan nilai dan norma dasar sosial budaya) yang dibentuk oleh nilai- nilai ajaran Islam sebagai Pandangan Dunia dan Pandangan Hidup (way of life) dikawal dengan membentuk lembaga pemerintahan ”tigo tungku sajarangan” yang menata kebijakan “macro-level” (dalam hal ini: adat nan sabana adat, adat istiadat, dan adat nan taradat) bagi pengaturan kegiatan kehidupan masyarakat untuk kemaslahatan anak nagari di Minangkabau. Dengan demikian setiap dan masing-masing anggota pelaku kegiatan sosial, budaya dan ekonomi pada tingkat sektoral (meso-level) maupun tingkat perorangan (micro-level) dapat mengembangkan seluruh potensi dan kreativitasnya sehingga terciptalah manusia dan masyarakat Minangkabau yang unggul dan tercerahkan. Dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan, generasi Minangkabau dengan filosofi adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah mampu berpegang pada sikap istiqamah (konsistensi). Melalui pengamatan ini tidak dapat disangkal bahwa Islam telah berpengaruh kuat di dalam Budaya Minangkabau.
  6. MEMAHAMI ABS SBK MERUPAKAN BATU POJOK BANGUNAN MASYARAKAT MINANGKABAU YANG (DULU PERNAH) UNGGUL DAN TERCERAHKAN. Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah merupakan hasil kesepakatan — dikuatkan pada Piagam Sumpah Satie Bukik Marapalam di awal abad ke 19 — dari dua arus besar (main-streams) Pandangan Dunia dan Pandangan Hidup (PDPH) Masyarakat Minangkabau yang sempat melewati konflik melelahkan. Sejarah membuktikan, kesepakatan bijak itu telah memberikan peluang tumbuhnya beberapa angkatan ”generasi emas” selama lebih satu abad berikutnya. Maka, peristiwa sejarah yang menghasilkan Piagam Sumpah Satie Bukik Marapalam dapat disikapi dan di ibarat kan bagaikan “siriah nan kambali ka gagangnyo, pinang nan kambali ka tampuaknyo”. Dari Adat yang pada akhirnya bersendikan kepada Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo, disepakati menjadi “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” (ABS-SBK).
    PDPH masyarakat Minangkabau sejak dahulu, terutama bila dilihat pada tenggang waktu lebih satu abad, dalam rentang singkat (1800-1950), telah melahirkan angkatan- angkatan “generasi emas”, dengan mengamalkan tatanan dan nilai adat dan keyakinan yang berjalin berkelindan dengan sebuah adagium “Adat Basandi Syara’, Syara’ BasandiKitabullah” atau ABS-SBK, sehingga tidak tertolak alasan bahwa ABS-SBK itu, telah menjadi Pandangan Dunia dan Pandangan Hidup (PDPH) yang menata seluruh kehidupan masyarakat Minangkabau dalam arti kata dan kenyataan yang sesungguhnya. Dalam periode keemasan itu, Minangkabau dikenal sebagai lumbung penghasil tokoh dan pemimpin, baik dari kalangan alim ulama ”suluah bendang anak nagari” maupun ”cadiak pandai” (cendekiawan pemikir dan pemimpin sosial politik), yang berkiprah di tataran nusantara serta dunia internasional. Generasi beradat dan beragama yang kuat dalam Masyarakat Adat Minangkabau itu telah menjadi ujung tombak kebangkitan budaya dan politik bangsa Indonesia pada awal abad ke 20, serta dalam upaya memerdekakan bangsa ini di pertengahan abad 20.
    Sebagai kelompok etnis kecil yang hanya kurang dari 3% dari jumlah bangsa ini, peran kunci yang dilakukan oleh sejumlah tokoh besar dan elit pemimpin berbudaya asal Minangkabau telah membuat ”Urang Awak” terwakili-lebih (over-represented) di dalam kancah perjuangan dan kemerdekaan bangsa Indonesia ini. Alhamdulillah, Minangkabau sebagai kelompok etnis kecil pernah berada di puncak piramida bangsa ini (the pinnacle of the country’s culture, politics and economics). Putera- puteri terbaik berasal dari budaya Minangkabau pernah menjadi pembawa obor peradaban (suluah bendang) bangsa Indonesia ini. Dan ABS-SBK merupa kan landasan yang memberikan lingkungan sosial budaya yang melahirkan kelompok signifikan manusia unggul dan tercerah kan, menjadi asas pembinaan ”anak nagari” yang di tumbuh-kembangkan menjadi ”nan mambangkik batang tarandam, nan pandai manapiak mato padang, nan bagak manantang mato ari, nan abeh malawan dunia urang, dan di akhiraik beko masuak Sarugo”. Namun, ketika ”jalan lah di alieh urang lalu” dan di masa ”lupo kacang di kuliknyo”, adat dan syara’ mulai dikucawai kan, maka bagian peran yang berada di tangan etnis Minangkabau nyaris tak terdengar. Para penghulu ninik mamak, para ulama suluh bendang, dan para cerdik cendekia, menjadi sasaran keluhan dan pertanyaan umat banyak. Maka dapat dinyatakan bahwa Masyarakat Minangkabau (dahulu itu, 1800-1950) merupakan salah contoh dari Masyarakat Madani Yang Beradat dan Beradab.
  7. MASYARAKAT BER-ADAT YANG BERADAB HANYA MUNGKIN JIKA DILANDASI KITABULLAH. Secara jujur, kita harus akui bahwa adat tidak mungkin lenyap, manakala orang Minangkabau memahami dan mengamalkan fatwa adatnya. “Kayu pulai di Koto alam, batang nyo sandi ba sandi, Jikok pandai kito di alam, patah tumbuah hilang baganti”. Secara alamiah (natuurwet) adat itu akan selalu ada dalam prinsip. Jika patah akan tumbuh (maknanya hidup dan dinamis), mengikuti perputaran masa yang tidak mengenal kosong. Setiap kekosongan akan selalu terisi, dengan dinamika akal dan kekuatan ilmu (raso jo pareso). Diperkuat sendi keyakinan akidah tauhid, bahwa yang hilang akan berganti. Apa yang ada di tangan manusia akan habis, apa yang ada di sisi Allah akan kekal abadi. Di sini kita menemui kearifan menangkap perubahan yang terjadi, “sakali aie gadang, sakali tapian baralieh, sakali tahun baganti, sakali musim bakisa”. Setiap perubahan tidak akan mengganti sifat adat, selama adat itu berjalan dengan aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penampilan adat di alam nyata mengikut zaman dan waktu. “Kalau di balun sabalun kuku, kalau dikambang saleba alam, walau sagadang biji labu, bumi jo langit ado di dalam”. Keistimewaan adat di Minangkabau ada pada falsafah adat mencakup isi yang luas. Ibarat tampang manakala ditanam, dipelihara, tumbuh dengan baik, semua bagiannya (urat, batang, kulit, ranting, dahan, pucuk, yang melahirkan generasi baru pula, menjadi satu kesatuan besar, manakala terletak pada tempat dan waktu yang tepat.
    Perputaran harmonis dalam “patah tumbuh hilang berganti”, menjadi sempurna dalam “adat di pakai baru, kain dipakai usang”. Adat adalah aturan satu suku bangsa. Menjadi pagar keluhuran tata nilai yang dipusakai. Bertanggungjawab penuh menjaga diri dan masyarakat kini, jikalau tetap dipakai, dan akan mengawal generasi yang akan datang. Dengan diterima dan dilaksanakannya adagium Adat Basandi Syara’, dan Syara’ Bansandi Kitabullah (ABS-SBK) maka tali hubungan antara Adat Sebagai Pedoman serta Petunjuk Jalan Kehidupan itu dibuhul- eratkan kembali dengan Nan Sabana- bana Nan Bana, Nan Sabana-bana Badiri Sandirinyo. Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, Kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek, dan Nak urang Koto Hilalang, nak lalu ka Pakan Baso, malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso. Membina masyarakat dengan memahamkan adat, yang menjangkau pikiran dan rasa yang dipunyai setiap diri, kemudian di bimbing oleh agama yang mengisi keyakinan sahih (Islam), menanam rasa malu (haya’), raso pareso, iman kepada Allah, yakin kepada hari akhirat. Mengenali hidup akan mati, memancangkan benteng aqidah (tauhid) dari rumah tangga dan lingkungan (surau) menjadi gerakan mencerdaskan umat, sesuai pantun adat di Minangkabau, “Indak nan merah pado kundi, indak nan bulek pado sago, Indak nan indah pado budi, indak nan indah pado baso” … “Anak ikan dimakan ikan, gadang di tabek anak tanggiri, ameh bukan pangkaik pun bukan, budi sabuah nan di haragoi” … “Dulang ameh baok ba laia, batang bodi baok pananti, utang ameh buliah di baie, utang budi di baok mati” …, “Pucuak pauh sadang tajelo, panjuluak bungo galundi, Nak jauah silang sangketo, Pahaluih baso jo basi” … “Anjalai tumbuah di munggu, sugi-sugi di rumpun padi, nak pandai rajin baguru, nak tinggi naiakkan budi”. Dengan mengamalkan Firman Allah:
    وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
    “Tidak patut bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama (syariat, syara’) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya (dengan cara-cara mengamal- kannya pada setiap perilaku dan tindakan dengan kehidupan beradat), apabila mereka telah kembali kepadanya – ke kampung halamannya –, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.IX, at Taubah, ayat 122).
    Alangkah indahnya satu masyarakat yang memiliki adat yang kokoh dan agama (syarak) yang kuat. Tidak bertentangan satu dan lainnya, malahan yang satu bersendikan yang lainnya. Di mana dalam PDPH hidup mengamalkan “kokgadang indak malendo, kok cadiek indak manjua, tibo di kaba baik baimbauan, tibo di kaba buruak ba hambauan”. Alangkah indahnya masyarakat yang hidup dalam rahmat kekeluargaan kekerabatan dengan benteng aqidah yang kuat, berusaha baik di dunia fana dan membawa amal shaleh kealam baqa. Labuah nan pasa terbentang panjang, tepian tempat mandi terberai (terserak dan terdapat) di mana- mana, gelanggang untuk yang muda- muda serta tempat sang juara (yang mempunyai keahlian, prestasi) dapat mengadu ketangkasan secara sportif berdasarkan adat main “kalah menang” (rules of game). Masyarakat nya hidup aman dan makmur, dengan anugerah alam dan minat seni yang indah.
    “Rumah gadang basandi batu, atok ijuak dindiang ba ukie, cando bintangnyo bakilatan, tunggak gaharu lantai candano, taralinyo gadiang balariak, bubungan burak katabang, paran gambaran ula ngiang, bagaluik rupo ukie Cino, batatah dengan aie ameh, salo manyalo aie perak, tuturan kuro bajuntai, anjuang batingkek ba alun-alun, paranginan puti di sinan,
    Lumbuang baririk di halaman, rangkiang tujuah sa jaja, sabuah si Bayau-bayau, panenggang anak dagang lalu, sabuah si Tinjau Lauik, panengggang anak korong kampuang, birawari lumbuang nan banyak, makanan anak kamanakan”. Artinya, ada perpaduan ilmu rancang, seni ukir, budaya, material, mutu, keyakinan agama yang menjadi dasar rancang bangun berkualitas punya dasar social, cita-cita keperibadian, masyarakat dan idea ekonomi yang tidak mementingkan nafsi- nafsi, tapi memperhati kan pula ibnusabil (musafir, anak dagang lalu) dan anak kemenakan di korong kampung, “nan elok di pakai, nan buruak di buang, usang-usang di pabaharui, lapuak- lapuak di kajangi”, maknanya sangat selektif dan moderat. Akhlak karimah mesti berperan dalam kehidupan yang mengutamakan kesopanan pergaulan dan memakaikan rasa malu. Apabila malu sudah hilang, tidak ada lagi pengikat seseorang untuk tidak berbuat seenak hati nya. Sebagai disebut kan dalam pepatah, malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso. Itu yang mestinya tampak di dalam Masyarakat Minangkabau ketika menerapkan ABS-SBK secara “murni dan konsekwen”. Walau berada dalam lingkungan nasional dan internasional yang sulit penuh tantangan, sejak zaman kolonialisme hingga ke masa perjuangan melawan penjajahan, budaya Minangkabau yang berazaskan ABS-SBK telah terbukti mampu mencipta lingkungan yang menghasilkan jumlah signifikan tokoh-tokoh yang menjadi pembawa obor peradaban di kawasan ini. ABS-SBK menjadi konsep dasar Adat (Adat Nan Sabana Adat) diungkapkan, antara lain lewat Bahasa, yang direkam sebagai Kato Pusako. ABS- SBK memengaruhi sikap umum dan tata-cara pergaulan masyarakat. Rentang sejarah itu membukti kan bahwa penerapan ABS-SBK telah memberikan lingkungan sosial budaya yang subur bagi seluruh anggota masyarakat dalam mengembangkan segenap potensi dan kreativitas sehingga terciptalah manusia dan masyarakat Minangkabau yang unggul tercerahkan.
  8. KRISIS BUDAYA MINANGKABAU MERUPAKAN MINIATUR DARI KRISIS PERADABAN MANUSIA ABAD MUTAKKHIR. Budaya Minangkabau memang mengalami krisis, karena lebih dari setengah abad terakhir ini tidak melahirkan tokoh- tokoh yang memiliki peran sentral di dalam berbagai segi kehidupan di tataran nasional apatah lagi di tataran kawasan dan tataran global. Budaya Minangkabau selama setengah abad terakhir ini gagal membentuk lingkungan sosial ekonomi yang subur bagi persemaian manusia serta masyarakat unggul tercerahkan. Dalam satu sudut pandang, krisis budaya Minangkabau menggambarkan krisis yang dihadapi Ummat Manusia pada Alaf Millennium ini. Salah satu isu yang menjadi kehebohan Dunia akhir-akhir ini adalah isu Perubahan Iklim (Climate Change). Perubahan Iklim telah dirasakan sebagai ancaman serius bagi keberlanjutan keberadaan Umat Manusia di bumi yang hanya satu ini. Perubahan iklim disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia yang memengaruhi lingkungan sedemikian rupa sehingga mengurangi daya-dukung sebagai tempat hidup dan sumber kehidupan manusia. Kemajuan ilmu yang dapat dianggap sebagai “Peta Alam Terkembang” telah menambah pemahaman manusia akan bagaimana bekerjanya alam semesta ini, sehingga “manusia mampu menguasai alam”. Penerapan ilmu dalam berbagai teknologi telah meningkatkan kemampuan manusia untuk memanfaatkan alam sesuai berbagai keinginan manusia. Terjadinya Perubahan Iklim menunjukkan bahwa “penguasaan manusia terhadap alam lingkungan” telah menyebabkan perubahan yang tidak dapat balik (irreversible) terhadap alam itu sendiri. Dan ternyata, Perubahan Iklim sangat mungkin mengancam keberadaan manusia di muka bumi ini. Dari sisi kemanusiaan, ada berapa kemungkinan penyebab. Kemungkinan pertama, Ilmu sebagai Peta Alam Terkembang ternyata tidak sama dengan Realitas Di Alam Nyata. Artinya ada “batas Ilmu”, yaitu wilayah di mana “ignora mus et ignozabi mus”, kita manusia tidak tahu, dan tidak akan pernah tahu atau memiliki ilmu tentang itu. Kemungkinan kedua, para ilmuwan telah “lebih dahulu memahami apa yang bakal terjadi”, namun tidak memiliki ilmu yang dapat diterapkan untuk mengubah perilaku manusia dan masyarakat. Jadi, Peta Ilmuwan tentang Manusia dan Masyarakat tidak sama dengan Realitas Di Dalam Diri Manusia Dan Masyarakat. Singkat kata, apa yang ada dalam benak manusia moderen (baik ilmu maupun isme-isme) yang menjadi kesadaran kolektif secara keseluruhan membentuk Pandangan Dunia dan Pandang Hidup (PDPH), ternyata tidak sama sebangun dengan Realitas. Ketika PDHP menjadi acuan perilaku serta kegiatan perorangan dan bersama-sama, tentu dan pasti telah membawa kepada bencana, antara lain, berupa Perubahan Iklim yang kemungkinan besar tidak dapat balik itu. Manusia moderen sangat berbangga dengan berbagai isme-isme yang dikembangkannya serta meyakini kebenarannya di dalam memahami manusia serta mengatur kehidupan bersama di dalam masyarakat. Kapitalisme, liberalisme dan isme- isme lain telah jadi semacam berhala yang dipuja serta diterapkan dalam kehidupan masyarakat di kebanyakan belahan Dunia. Hasil penerapan isme-isme itulah yang sekarang memicu berbagai krisis global di Alaf ini. Jika merujuk kepada Kitabullah, yaitu Al-Qur’an, akan ditemukan gejala dan sebab-sebab dari Perubahan Iklim yang mendera Umat Manusia. Salah satu ayat Al-Qur’an menyatakan, “…..Telah menyebar kerusakan di muka bumi akibat ulah manusia”. Perilaku manusia lah penyebab semua kerusakan itu. Penyebab perilaku manusia yang merusak manusia ialah penerapan isme-isme yang ternyata tidak memiliki hubungan satu-satu dengan kenyataan di alam semesta termasuk di dalam diri manusia dan masyarakat. Kitabullah menjadi landasan dari syara’ mangato adat memakai, menjelas – kan tentang penghormatan terhadap perbedaan itu,
    يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
    “Wahai manusia, sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-bangsa) dan berpuak-puak (suku- suku) supaya kamu saling kenal mengenal”, (QS.49, al Hujurat : 13). Apabila anak nagari di biarkan terlena dengan apa yang dibuat orang lain, dan lupa membenah diri dan kekuatan ijtima’i (kebersamaan), tentu umat akan di jadikan jarum kelindan oleh orang lain di dalam satu pertarungan gazwul fikri. “Pariangan manjadi tampuak tangkai, Pagarruyuang pusek Tanah Data, Tigo Luhak rang mangato kan. Adat jo syara’ jiko bacarai, bakeh bagantuang nan lah sakah, tampek bapijak nan lah taban” … Apabila kedua sarana (adat dan syara’) ini berperan sempurna, maka akan tampil kehidupan masyarakat yang berakhlaq terpuji dan mulia (akhlaqul- karimah) itu. “Tasindorong jajak manurun, tatukiak jajak mandaki, adaik jo syarak kok tasusun, bumi sanang padi manjadi”. Kekuatan tamaddun dan tadhamun (budaya) dari syara’ (Islam) menjadi rujukan pemikiran, pola tindakan masyarakat berbudaya yang terbimbing dengan sikap tauhid (aqidah kokoh), kesabaran (teguh sikap jiwa) yang konsisten, keikhlasan (motivasi amal ikhtiar), tawakkul (penyerahan diri secara bulat) kepada kekuasaan Allah yang jadi ciri utama (sibghah, identitas) iman dan takwa secara nyata memiliki relevansi diperlukan setiap masa, dalam menata sisi-sisi kehidupan kini dan masa depan. Suatu individu atau kelompok masyarakat yang kehilangan pegangan hidup (aqidah dan adat), walau secara lahiriyah kaya materi namun miskin mental spiritual, akan terperosok kedalam tingkah laku yang menghancurkan nilai fithrahnya itu. Satu ayat dalam Al-Qur’an Surat 12, Yusuf , Ayat 40, sebagai berikut,
    “Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS 12, Yusuf : 40). Manusia memiliki kemampuan terbatas untuk menguji kesebangunan antara apa yang ada dalam pikirannya dengan apa yang sesungguhnya ada dalam Realitas. Isme-isme itu serta keyakinan berlebihan akan keampuhan hasil pemikiran manusia hanyalah sekadar ” nama-nama yang dibuat-buat saja” atau sama dengan khayalan manusia saja. Dan, disebutkan dalam Al-Quran bahwa jenis manusia yang demikian telah “mempertuhan diri dan hawa nafsunya”. Dengan keterbatasan itu bagaimana manusia mungkin meneruka jalan keselamatan di alam semesta, paling tidak dalam menjalani kehidupan di Dunia ini. Keutusan Rasul SAW dengan membawa Kitab Suci, yang paling terakhir Al Qur’an, adalah Peta Realitas serta Petunjuk dan Pedoman Hidup Bagi Manusia Dan Penjabaran Rinci Dan Jelas Dari Pedoman Serta Tolok Ukur Kebenaran dalam menjalani hidup di bumi yang fana ini.
  9. Simpulannya, krisis global yang dihadapi manusia moderen disebabkan karena kebanyakan mereka mempercayai apa yang tidak layak diyakini berupa isme-isme, karena kebanyakanmya telah menjauh dari agama langit, bahkan dari konsep-konsep agama itu sendiri, dalam pikiran apalagi dalam perbuatan dan kegiatan mereka. Jika dikaitkan dengan kondisi dan situasi masyarakat Minangkabau di abad ke 21 ini, mungkin telah ada jarak yang cukup jauh antara ABS-SBK sebagai konsep PDPH (Pandangan Dunia dan Pandangan Hidup) dengan kenyataan kehidupan sehari-hari. Asumsi atau dugaan ini menjadi penjelas serta alasan kenapa budaya Minangkabau selama setengah abad terakhir ini gagal membentuk lingkungan sosial ekonomi yang subur bagi persemaian manusia serta masyarakat unggul dan tercerahkan
  10. SIMPULAN- SIMPULAN. Masyarakat Unggul Tercerahkan Mampu Dicetak Menjadi SDM yang disebut “Ulul Albaab” dengan Menanamkan Nilai-Nilai Ajaran Islam dan Adat Budaya, khusus bagi Masyarakat Adat Minangkabau serta digali dari Al-Qur’an, para “Ulul Albaab”, disebutkan dalam Surat Ali Imran, Surat ke 3, Ayat 190 s/d 194. Bagi para “uluul albaab” seluruh gejala di alam semesta ini merupakan tanda- tanda. Tanda-tanda merupakan sesuatu yang merujuk kepada yang lain di luar dirinya. Menjadikan gejala sebagai tanda berarti membuat makna yang berada disebalik tanda itu. Proses menjawab pertanyaan itu disebut berpikir yang terarah. Hasil berpikir adalah pikiran tentang sebagian dari kenyataan. Dengan perkataan berpikir akan menghasilkan semacam “peta bagian kenyataan” yang dipikirkan. Hikmah dikandung Al-Qur’an hanya dipahami oleh “ulul albaab” yaitu mereka yang mau berpikir dan merenungkan secara meluas, mendalam tentang apa yang perlu dan patut dipahami dengan maksud agar mengerucut kepada beberapa simpulan kunci. Para “ulul albaab” adalah mereka yang unggul tercerahkan, yang di dalam dirinya zikir dan fikir menyatu. Zikir harus dipahami lebih luas sebagai keperluan hidup penuh kesadaran akan keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segenap aspek hubungan-Nya dengan manusia dan segenap makhluk Ciptaan-Nya. Fikir berarti membuat Peta Kenyataan sesuai dengan Petunjuk dan Ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana di urai- jelaskan Al-Qur’an serta ditafsir-terapkan oleh Rasullullah lewat Sunnahnya sebagai Teladan Utama (Uswatun Hasanah). Simpulannya, penerapan ABS-SBK mengharuskan kehidupan perorangan serta pergaulan masyarakat Minangkabau berakar dari/dan berpedoman kepada Al-Quran serta Sunnah Rasullullah.
    Hanya dengan demikian, ABS-SBK dapat membentuk lingkungan sosial- budaya yang akan mampu menghasilkan manusia dan masyarakat Minangkabau yang unggul dan tercerahkan yang berintikan para “ulul albaab” sebagai tokoh dan pimpinan masyarakat. Manusia seperti itulah barangkali yang dimaksudkan oleh Kato Pusako “Nan Pandai Manapiak Mato Padang, Nan Indak Takuik Manantang Matoari, Nan Dapek Malawan Dunia Urang, Sarato Di Akhiraik Beko Masuak Sarugo“. Kekuatan moral yang dimiliki, ialah menanamkan “nawaitu” dalam diri masing-masing, untuk membina umat dalam masyarakat di nagari harus mengetahui kekuatan-kekuatan yang dipunyai. “Latiak-latiak tabang ka Pinang, Hinggok di Pinang duo-duo, Satitiak aie dalam piriang, Sinan bamain ikan rayo”. “Panggiriak pisau sirauik, Patungkek batang lintabuang, Satitiak jadikan lauik,
    Sakapa jadikan gunuang, Alam takambang jadikan guru.”Melaksanakan ABSSBK adalah melahirkan sikap cinta ke nagari, yang menjadi perekat dan pengalaman sejarah. Menumbuhkan sikap positif menjaga batas-batas patut dan pantas. Membentuk umat yang kuat dengan sehat fisik, sehat jiwa, sehat pemikiran, dan sehat social, ekonomi, konstruktif (makruf).

Wassalamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa barakatuh,
Buya H.Masoed Abidin.
Padang, 12 Desember 2019.

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN RUJUKAN:

  1. Al Quranul Karim,
  2. Al-Ghazali, Majmu’ Al-Rasail, Beirut, Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1986,
  3. Al-Falimbangi, ‘Abd al-Samad, Siyarus- Salikin,
  4. Ibn ‘Ajibah, Iqaz al-Himam,
  5. Lu’Lu’wa al-Marjan, hadist-hadis riwayat Bukhari, Muslim, Tarmizi dan Nasa^i.
  6. Sa’id Hawa, Tarbiyatuna Al-Ruhiyah,
  7. Sahih al-Bukhari, Kitab al-Da’awat,
  8. Christine Dobbin, “Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784-1847”, ISBN 979-3731-26-5, Edisi Indonesia, Komunitas Bambu, Jakarta, Maret 2008
  9. Sorokin, Pitirim, “The Basic Trends of Our Time”, New Haven, College & University Press, 1964, hal.17-18.

Masoed Abidin Jabbar di Padang, 12/12/2021 … 22.45 WIB

Membangun Generasi Unggul Taat Beragama Beretika dan Beradat

Memerankan Adat Budaya Munangkabau Menangani Isu Perubahan Global Dengan Membangun Generasi Unggul Taat Beragama Beretika dan Beradat

GERAKAN MASYARAKAT BERSAMA MENANGANI ISU PERUBAHAN global, mesti dilaksanakan dengan tanggungjawab bersama nan elok dipakai, nan buruak dibuang.

Kepemimpinan adalah amanah dan tanggungjawabdidalam “Manyuruah babuek baik, malarang babuek jahek, Manunjuak ma-ajari. Managua manyapo. Tadorong mahelo, talompek manyentak, Gawa ma-asak, ma asak lalu ka nan bana. Tak ado karuah nan tak janieh. Tak ado karuik nan tak salasai.

Satu gerakan masyarakat bersama untuk mengangkat umat mencapai kejayaan hidup sesuai syari’at Islam. Kreativiti dan inovasi selalu berkait rapat dengan pengurusan sumber daya manusia, komunikasi, kinerja, sinerji dan sebagainya. Akhirnya, kreativitas didukung keikhlasan mencari redha Allah.
Maka, Generasi muda masa kini mesti memiliki ilmu berasas epistemologi Islam yang jelas, dalam kata adat disebutkan, “Iman nan tak buliah ratak, kamudi nan tak buliah patah, padoman indak buliah tagelek, haluan nan tak buliah barubah”.

Generasi Muda masa datang mesti memiliki pemahaman luas dengan tasawwur (world view). Dalam kondisi kritis sekalipun, generasi unggul (khaira ummah) itu selalu awas dan berhati-hati, “Bakato sapatah dipikiri, Bajalan salangkah maliek suruik, Mulik tadorong ameh timbangannyo, Kaki tataruang inai padahannya, Urang pandorong gadang kanai, Urang pandareh ilang aka.”

Dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan tata nilai dan pergaulan dunia, generasi Muda berkualtias khususnya di Bukittinggi, Sumatera Barat mestinya hidup dengan filosofi adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah mesti istiqamah (konsisten) selalu. Para aktivis generasi unggulan perlu meningkatkan kreativitas. Sudah sampai masanya menampilkan wawasan dan perspektif Islam dalam berbagai bidang informasi, TV dan Radio Internet, adalah contoh mutakhir dalam usaha mengatasi halangan dalam menyampaikan informasi alternatif kepada masyarakat dengan lebih efektif dan bersifat global.

Peran amar ma’ruf nahi munkar mesti digerakkan dengan terarah dan terpadu dengan akhlaqul Karimah dalam pengamalan syari’at (sarak mangato adaik mamakai) tujuannya adalah untuk keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia. Hilangnya Akhlak disebabkan Agama tidak diamalkan. Ibadah lalai maka nilai etika budaya terabaikan. Akibatnya masyarakat hancur.

KITA MEMERLUKAN BEBERAPA SIKAP untuk membuat keberhasilan (prestasi) berakhlak, berpegang pada nilai-nilai iman dan taqwa, memiliki daya kreatif dan innovatif, menjalin kerja sama berdisiplin, kritis dan dinamis, memiliki vitalitas tinggi, tidak mudah terbawa arus, dengan motivasi yang bergantung kepada Allah. Mengamalkan nilai nilai ajaran Islam sebagai kekuatan spiritual. Dinamis dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik material, tanpa harus mengorbankan nilai nilai kemanusiaan.

Agama Islam menekankan kebersihan badan (jasad) semata, dan juga kebersihan dan kesucian dalam banyak hal:

  1. Kebersihan dan kesucian rumah dan pekarangan serta lingkungan sekitar,
  2. Kebersihan dan kesucian badan,
  3. Kebersihan dan kesucian pakaian,
  4. Kebersihan dan kesucian makanan dan
  5. Kebersihan serta kesucian jiwa dan raga.
  6. Kebersihan jalan, dan Rasulullah SAW mengancam setiap orang yang membuang sampah, membuang bangkai binatang atau apa saja yang dapat mengganggu jalan umum yang dilalui orang banyak.
  7. Rasulullah SAW, sangat menjaga kebersihan pakaian, memperhatikan kebersihan dan kesehatan mulut, gigi, sampai hal menjaga kebersihan saat kita bangun dari tidur.
    لَوْ لاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتيِ َلأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ
    “Andai tidak memberatkan umatku, pasti aku menyuruh mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat.”
    (H.R. Jama’ah)
  8. Kebersihan batin bermula dari kebersihan lahir, dan bersihnya lahir pertanda bersihnya batin. Jaga dan peliharalah kebersihan; lahiriyah maupun bathiniyah, pribadi, keluarga maupun lingkungan. Ingatlah! Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang menyintai kebersihan.

Hubungan kekerabatan yang harmonis menjadi modal utama, mengawal pendidikan berkarakter di nagari nagari di Sumatera Barat pada umumnya.

ENAM WATAK MASYARAKAT BERTAUHID YANG MANDIRI DAN berprestasi

  1. IMAN,
  2. ILMU,
  3. Kerukunan, Ukhuwah dan Interaksi,
  4. Akhlaq, Moralitas sebagai Kekuatan Ruhiyah,
  5. Badunsanak, sikap Gotong royong (Ta’awun),
  6. Menjaga Lingkungan sebagai Social Capital, menerapkan Eko Teknologi. Islam mengakui bahwa keberadaan akal di samping sebagai sarana pengolah ilmu pengetahuan, juga merupakan alat tempat berpijaknya manusia diberi agama.

Bahkan diakui pula bahwa usaha akal sehat yang dibimbing akidah tauhid ini sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal bisa difungsikan dan dimanfaatkan bila telah dikembangkan sedemikian rupa dengan ilmu.

Agama Islam memuliakan akal memegang beberapa prinsip, Belajar seumur hidup, menuntut ilmu di mana dan kapan saja, mencari ilmu dengan sungguh-sungguh, mendasarkan kepada ilmu untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Konsekuensi dari keilmuan itu Allah meninggikan derajat orang yang berilmu. Manusia Wajib Menuntut Ilmu طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan” (H.R. ibnu Majah)

Islam adalah agama yang identik dengan Ilmu Pengetahuan. Al Qur’an sebagai Kitab Suci dan pedoman bagi umat sejak awal turun berbicara tentang ilmu, hal ini tampak jelas apada ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut
« Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang telah Menciptakan, Tuhan yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Mulia, Yang mengajakan (manusia) dengan perantaraan Qalam. Yang mengajarkan manusia apa-apa yang tidak ia ketahui. »
(Q.S. Al ‘Alaq: 1-5).

Watak yang sempurna dengan nilai nilai luhur (akhlaqul karimah) ini akan melahirkan tindakan menumbuhkan mahabbah (rasa cinta) serta rindu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala ;
ثلاث من كن فيه وجد طعم الايمان : من كان الله ورسوله احب اليه مما سواهما ومن احب عبدا لا يحبه الا الله ومن يكره ان يعود فى الكفر بعد ان انقذه الله منه كما يكره ان يلقى فى النار.
“ Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat pada dirinya, maka dia akan merasakan lazatnya keimanan : Orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih daripada selain keduanya, orang yang mencintai seorang hamba hanya karena Allah, dan orang yang benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana dia benci untuk dilempar ke dalam neraka.”
(Hadith riwayat Bukhari, Muslim, Tarmizi dan Nasa^i).

WAKTU ADALAH MODAL UTAMA MANUSIA.
Apabila tidak dipergunakan dengan baik, waktu akan terus berlalu. Ketika waktu berlalu begitu saja, jangankan keuntungan yang akan diperoleh, modalpun hilang.

Banyak sekali hadits Nabi SAW mengingatkan manusia agar mempergunakan waktu dan mengaturnya sebaik mungkin. Diantara hadits-hadits Nabi SAW tersebut :
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا َكثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَ الفَرَاغُ
“Dua nikmat yang sering disia-siakan banyak orang: Kesehatan dan kesempatan (waktu luang).”
(H.R. bukhari melalui Ibnu Abbas r.a)

Tanamkan Rasa Selalu diawasi oleh Allah. Mukmin sejati dalam berbagai bidang kehidupannya selalu berkaitan dengan akidah, ibadah.

Semua hubungan sosial, kekeluargaan, moral maupun yang berkaitan dengan sifat emosional, intelektual, profesional dan sifat-sifat jasadi (fisik), selalu didasari dan dirasakan bernilai aqidah dan penghayatannya didalam kehidupan menjadi satu yang difardhukan.
Akhlaq Qurani menjadi bukti mendarah dagingnya Islam didalam diri.

Sunnah telah memberikan perhatian mendalam kepada masalah nilai aqidah ini.
ذاق طعام الا يمان من رضي بالله ربا وبا لا سلا م دينا وبمحمد رسولا.
“Yang merasakan lazatnya iman adalah orang yang redha terhadap Allah sebagai Tuhannya, dan redha terhadap Islam sebagai agamanya dan redha terhadap Muhammad sebagai Rasul.”
(Hadith riwayat Muslim dan Tarmizi.)

Etika Profesional Generasi Unggul adalah selalu bertanggung jawab dalam setiap geraknya. Tanggung jawab tersebut mencakup ;

1. Tanggungjawab Kepada Allah,
2. Tanggungjawab Kepada Diri,
3. Tanggungjawab Kepada Ilmu,
4. Tanggungjawab Kepada Profesi,
5. Tanggungjawab Kepada Masyarakat,
6. Tanggungjawab Kepada Sejawat,
7. Tanggungjawab Kepada Keluarga.

Nilai-nilai ideal kehidupan itu akan terlihat pada,
(1). adanya rasa memiliki bersama,
(2). kesadaran terhadap hak milik,
(3). kesadaran terhadap suatu ikatan kaum dan suku,
(4). kesediaan untuk pengabdian,
(5). terjaga hubungan positif akibat hubungan pernikahan, hubungan semenda menyemenda, bako baki, ipa bisan, andan pasumandan, dan hubungan mamak kamanakan .

𝐊𝐄𝐉𝐀𝐑𝐋𝐀𝐇 𝐑𝐈𝐃𝐇A 𝐀𝐋𝐋𝐀𝐇.
Kita tidak bisa membuat semua orang menyukai kita, kita juga tidak bisa membuat semua
orang untuk menerima kita.
Karena sebaik apa pun kita, pasti akan selalu ada yang tidak suka.
Karena sekeras apa pun usaha kita,
pasti akan selalu ada pihak yang tidak menerima keberadaan kita.
Kita berbagi kebaikan dikatakan pamer.
Kita berbuat kebajikan dikatakan pencitraan.
Sungguh, tidak akan ada habisnya waktu kita, jika tujuan kita adalah penilan manusia.
Berbeda jika tujuan kita adalah keridhaan Allah.
Allah akan menerima sekecil apa pun
kebaikan kita, tidak peduli sebanyak apa pun keburukan kita.
Karena dalam pandangan Allah, satu kebaikan bisa menutupi seribu keburukan, tapi jika dalam manusia
satu keburukan bisa menutupi seribu
kebaikan.
Daripada sibuk dengan penilaian
manusia, lebih baik sibukkan diri mengubah penilaian kita di hadapan-Nya. Wallahu a’lamu bis-shawaab.
Wabillahit taufiq wal hidayah.

Wassalam Buya HMA, Buya Masoed Abidin Majo Kayo