Mengapa Minangkabau Mampu Melahirkan Tokoh Besar Nasional … Memerankan Adat Budaya Minangkabau dan Generasi Unggul Taat Beragama Beretika dan Beradat

MENGAPA MINANGKABAU DI MASA LAMPAU MAMPU ‘MELAHIRKAN’ TOKOH-TOKOH BESAR NASIONAL ? Akhlak mulia mendorong nagari berkemajuan dan bermartabat dengan minat terarah memelihara sumber kehidupan dan terbimbing pandai bersyukur. Budaya Minangkabau membentuk generasi berakhlak dengan Memerankan nilai-nilai tamaddun (madaniyah). Masyarakat Ber-Adat Beradab Hanya Mungkin Jika Dilandasi Kitabullah.

Secara jujur, kita harus mengakui bahwa adat tidak mungkin lenyap, manakala memahami fatwa adat, “Kayu pulai di Koto alam, Batangnyo sandi ba sandi, Jikok pandai kito di alam, patah tumbuah hilang baganti”. Secara alamiah (natuurwet) adat itu akan selalu ada dalam prinsip. Jika patah akan tumbuh (maknanya hidup dan dinamis). Menjadi dominan ketika dikuatsendikan oleh keyakinan agama akidah tauhid, dengan bimbingan kitabullah (Alquran) bahwa yang hilang akan berganti. Apa yang ada di tangan kita akan habis, apa yang ada di sisi Allah akan kekal abadi.

Rentang sejarah membuktikan bahwa penerapan ABS-SBK telah memberikan lingkungan sosial budaya yang subur bagi seluruh anggota masyarakat dalam mengembangkan segenap potensi dan kreativitasnya sehingga terciptalah manusia dan masyarakat Minangkabau yang unggul dan tercerahkan. Walau berada dalam lingkungan yang sulit penuh tantangan, sejak zaman kolonialisme hingga ke masa-masa perjuangan, budaya Minangkabau dengan ABS-SBK terbukti mampu menciptakan lingkungan yang menghasilkan jumlah yang signifikan tokoh-tokoh yang menjadi pembawa obor peradaban di kawasan ini. Keunggulannya ada pada falsafah adat yang mencakup isi yang luas. Akhlak karimah berperan dalam kehidupan yang mengutamakan kesopanan dan memakaikan rasa malu, sebab malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso, dalam terapan ABS-SBK secara “murni dan konsekwen”.

Watak yang sempurna dengan nilai nilai luhur (akhlaqul karimah) ini melahirkan tindakan terpuji dan menumbuhkan motivasi (nawaitu) yang bersih (ikhlas) sebagai buah dari perpaduan adat dan syarak di Minangkabau, terungkap dalam kato pusako : “Pariangan jadi tampuak tangkai, Pagarruyuang pusek Tanah Data, Tigo Luhak rang mangatokan. Adat jo syara’ jiko bacarai, bakeh bagantuang nan lah sakah, tampek bapijak nan lah taban” … “Tasindorong jajak manurun, tatukiak jajak mandaki, Adat jo syarak jiko tasusun, Bumi sanang padi manjadi.

MASYARAKAT MINANG ADALAH MASYARAKAT BERADAT DAN BERADAB. Kegiatan hidup bermasyarakat selalu dipengaruhi oleh berbagai lingkungan tatanan (”system”) pada berbagai tataran (”structural levels”). Yang paling mendasar tatanan nilai dan norma dasar sosial budaya yang akan membentuk Pandangan Dunia dan Panduan Hidup (perspektif) yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat berupa sikap umum dan perilaku serta tata-cara pergaulan dari semua lapisan masyarakat itu. Norma dasar Sosial Masyarakat ini menjadi landasan pembentukan pranata sosial keorganisasian para pemudanya yang melahirkan berbagai gerakan dan kegiatan yang akan dikembangkannya (formal ataupun informal).

Tatanan Nilai Luhur itulah sesungguhnya yang akan menjadi pedoman petunjuk perilaku bagi setiap dan masing-masing anggota masyarakat terutama Generasi Mudanya di dalam kehidupan sendiri-sendiri, maupun bersama-sama. Akhirnya, Norma dasar Sosial Budaya itu akan memberikan ruang dan batasan-batasan bagi pengembangan kreatif potensi Generasi Muda yang Unggul dalam menghasilkan buah karya sosial, budaya dan ekonomi, serta karya-karya pemikiran intelektual, yang akan menjadi mesin perkembangan dan pertumbuhan Generasi Muda di segala bidang.

Pergeseran budaya yang terjadi adalah ketika mengabaikan nilai-nilai agama. Pengabaian nilai-nilai agama, menumbuhkan penyakit social yang kronis, seperti kegemaran berkorupsi, aqidah tauhid melemah, perilaku tidak mencerminkan akhlak Islami, serta suka melalaikan ibadah.

Kekuatan agama Islam di Sumatera barat secara umum (atau lebih khusus di Balingka) sebenarnya dapat menjadi penggerak pembangunan. Namun sayangnya, minat penduduk kepada pengamalan agama Islam di kampung-kampung saat ini mulai melemah. Karena, dayatarik dakwah agama mulai kurang, banyak bangunan agama yang kurang terawat, guru-guru agama yang ada banyak tidak diminati (karena kurang konsisten, ekonomi, pengetahuan, penguasaan teknologi, interaksi) masyarakat lingkungan.

Masih banyak kalangan (pemuda, penganggur) enggan mengindahkan pesan-pesan agama (indikasinya kurangnya pembagian waktu, acara TV di rumah lebih digandrungi dari pada pesan-pesan agama di surau). Akibatnya kemiskinan makin mendekat, penduduk bertambah malas, musibah sosial mengancam. Semestinya, Generasi Unggul bergerak dinamik dengan kejelian akal fikir disertai kejernihan budi pekerti.

PEMBANGUNAN KARAKTER KHAYRA UMMAH atau watak berawal dari penguatan unsur unsur perasaan hati (qalbin Salim) yang menghiasi nurani manusia dengan nilai-nilai luhur yang tumbuh mekar dengan kesadaran kearifan menjadikan cerdas budaya serta memperhalus kecerdasan emosional dipertajam oleh kemampuan periksa (evaluasi positif dan negatif) atau kecerdasan rasional intelektual dilindungi kesadaran yang melekat pada keyakinan (kecerdasan spiritual) yakni hidayah Agama Islam. Artinya, Generasi Unggul itu Beragama, Berakhlak, Beretika, dan hidup dalam tatanan luhur Beradat.

Nilai-nilai ajaran Islam mengajarkan kewajiban mengagungkan Allah yang menjadi sumber dari rezeki, kekuatan, kedamaian serta membimbing manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya. Pengenalan akidah Islam (tauhidiyah) di iringi oleh pengamalan ibadah (syari’at) akan mendorong setiap muslim memahami tentang arti kehidupannya. Kebaikan hati awal langkah untuk mencapai kebaikan jiwa dan jasad,
ان فى الجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسدت فسد الجسد كله, ألا وهي القلب
“Sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal mudhghah (benda darah), jika ia sehat maka baiklah seluruh jasad, dan jika ia fasad maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (Hadith riwayat Bukhari).

Kebaikan hati, titik tolak kehidupan dalam Islam. Bersih hati adalah pintu menerima perintah Allah dengan sempurna. Generasi Unggul selalu membersihkan diri dari perangai kufur jahiliyyah dan munafik. Wajib mengikis habis sifat jahil, engkar, bohong, memfitnah, zalim, tamak dan membelakangkan dasar politik musyawarah (demokratik), sehingga hati tetap bersih. Jiwa yang bersih menerima hidayah dan mengenali yang baik untuk diamalkan dan mengenali perkara buruk untuk dijauhi.

Allah berfirman : وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا — فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا Dan demi jiwa serta penyempurnaan ciptaanNya. Maka Allah mengilhamkan (jalan) jahat (untuk dijauhkan) dan (jalan) kebaikkan (untuk diamalkan). قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. As-Syams, 7-10).

Saat ini, kita merasakan sungguh bahwa Tantangan Pendidikan Generasi ke depan sangat berat. Hanya dapat diringankan dengan hubungan kekerabatan yang harmonis dan pendidikan berbasis aqidah, cerminan idealitas masyarakat berbasis Kearifan Lokal ABSSBK dengan mempertahankan pembelajaran budi akhlak.

Wallahu a’lamu bis-shawaab. Wabillahit taufiq wal hidayah.

Padang, (7 Dzulqa’edah 1436 H / 22 Agustus 2015 M) dikirim ulang 22 Pebruari 2021 M / 10 Rajab 1442 H)

Tinggalkan komentar